Penjualan mobil listrik di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang positif. Namun, berdasarkan kondisi pasar saat ini, pabrikan China mendominasi berkat banyaknya pilihan model baru yang ditawarkan.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), BYD Seal berhasil menjadi yang paling laris, dengan penjualan sebanyak 1.290 unit pada Juli 2024.
Masih dari jenama asal Tiongkok, Wuling Cloud EV berhasil merebut posisi kedua, dengan penjualan sebanyak 550 unit, dan disusul oleh Chery Omoda E5 yang berhasil terkirim sebanyak 394 unit.
BYD kembali mengirimkan wakilnya, untuk bisa menempati posisi lima besar, tepatnya di peringkat keempat penjualan mobil listrik yaitu Atto 3 yang terjual sebanyak 388 unit, dan diposisi lima, ada MG 4 EV yang berhasil terjual sebanyak 332 unit.
Beralih ke pabrikan Korea Selatan, Hyundai Kona Electric berhasil menduduki posisi keenam, dengan penjualan sebanyak 248 unit.
BYD Dolphin berhasil menjadi terlaris kedelapan dengan penjualan 207 unit, diikuti dengan Wuling Air EV di posisi kedelapan dengan penjualan sebanyak 205 unit.
Dua posisi terbawah dari deretan 10 mobil terlaris di Indonesia pada Juli 2024, adalah Wuling BinguoEV di posisi kesembilan dengan penjualan 128 unit, dan Hyundai Ioniq 5 hanya mampu menduduki peringkat kesepuluh dengan penjualan sebanyak 123 unit.
Harga Baterai saat Ini Lebih Murah 90 Persen Dibanding 15 Tahun Lalu
Mobil listrik bukanlah hal baru seperti beberapa tahun lalu. Bahkan, biaya pembuatan kendaraan ramah lingkungan ini tentu saja lebih murah dibanding 15 tahun lalu.
Sebuah studi baru, dari kantor Teknologi Kendaraan Departemen Energi (DOE), disitat dari Carscoops menunjukan bahwa harga baterai kendaraan listrik telah turun hingga 90 persen, antara 2008 hingga 2023.
Dengan begitu, banyak pabrikan yang bahkan lebih mudah untuk menutup kesenjangan harga antara kendaraan bermesin konvensional atau ICE dengan kendaraan listrik.
Salah satu faktor terpenting dalam produksi kendaraan listrik, adalah ukuran, berat, dan biaya paket baterai. Beruntungnya, biaya paket baterai terus menurun selama beberapa dekade terakhir, berkat peningkatan teknologi dan kimia baterai, proses manufaktur baru, dan peningaktan volume produksi yang cukup besar.
Menurut DOE, biaya paket baterai lithium-ion telah turun dari US$ 1.415 / kWh pada 2008, menjadi US$ 139 / kWh pada 2023.
Sumber: https://www.liputan6.com/otomotif/